Makalah
HAKIKAT
KURIKULUM
Disusun
Oleh :
Hanifah
Oktana Putri
Amarullah
Fredy
Aprilla
Agam
Maulana Aden
Anshar
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. 2
BAB I Pendahuluan
A.
Latar Belakang ................................................................................................ 3
B.
Rumusan Masalah ........................................................................................... 4
C.
Manfaat ........................................................................................................... 5
BAB II Pembahasan
A.
Pengertian Hakikat Kurikulum dan Pendapat Para Ahli .......................... 8
B.
Analisis .............................................................................................................. 10
BAB III Penutup
A.
Kesimpulan ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
KATA
PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “HAKIKAT KURIKULUM”.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah ini
bermanfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi
terhadap pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
melakukan suatu kegiatan pasti akan memerlukan suatu perencanaan dan organisasi
yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur agar dapat mencapai tujuan
yang ditentukan atau yang diharapkan. Demikian pula halnya pendidikan,
diperlukan adanya program yang terencana dan dapat mengantarkan proses
pembelajaran atau pendidikan sampai pada tujuan yang diharapkan. Proses,
pelaksanaan, sampai penilaian dalam pendidikan lebih dikenal dengan istilah
“kurikulum pendidikan”.
Dalam
dunia pendidikan, kurikulum memunyai peranan yang penting karena merupakan
operasionalisasi tujuan yang hendak dicapai, bahkan tujuan tidak akan tercapai
tanpa melibatkan kurikulum pendidikan. Kurikulum merupakan salah satu komponen
pokok dalam pendidikan. Kurikulum sendiri juga merupakan sistem yang mempunyai
komponen-komponen tertentu. Kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah dokumen
perencanaan yang berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan
pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa, strategi dan cara yang dapat
dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang
pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang dirancang dalam bentuk
nyata.
Kurikulum
sebagai rancangan pendidikan memunyai kedudukan yang sangat strategis dalam
seluruh aspek kegiatan pendidikan. Pendidikan tidak mungkin berjalan dengan
baik atau berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan jika pendidikan tidak
dijalankan sesuai dengan kurikulum. Kurikulum yang dibuat tidak dapat mencapai
kesempurnaan jika dalam penyusunannya, penyusun kurikulum tidak memahami secara
utuh hakikat dan fungsi kurikulum.
Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam
pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan
kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa memahami konsep dasar dari kurikulum. Oleh
karena itu, pihak-pihak terkait dengan kurikulum harus mengetahui hakikat
kurikulum. Dalam makalah ini akan dibahas tentang hakikat kurikulum tersebut.
B. Fungsi Kurikulum
Fungsi Kurikulum- Kurikulum sebagai alat dalam pendidikan
memiliki berbagai macam fungsi dalam pendidikan yang sangat berperan dalam
kegunannya. Fungsi Kurikulum adalah sebagai berikut...
- Fungsi
Penyesuaian (the adjustive or adaptive function) : Kurikulum
berfungsi sebagai penyesuain adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan yang terjadi dilingkungannya karna lingkungan bersifat
dinamis artinya dapat berubah-ubah.
- Fungsi
Integrasi (the integrating function) : Kurikulum
berfungsi sebagai penyesuain mengandung makna bahwa kurikulum merupakan
alat pendidikan yang mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utut yang
dapat dibutuhkan dan berintegrasi di masyarakat.
- Fungsi
Diferensiasi (the diferentiating function) : Kurikulum
berfungsi sebagai diferensiansi adalah sebagai alat yang memberikan
pelayanan dari berbagai perbedaan disetiap siswa yang harus dihargai dan
dilayani.
- Fungsi
Persiapan (the propaeduetic function) : Kurikulum
berfungsi sebagai persiapan yang mengandung makna bahwa kurikulum sebagai
alat pendidikan mampu mempersiapkan siswa kejenjang selanjutnya dan juga dapat
mempersiapkan diri dapat hidup dalam masyarakat, jika tidak melanjukan
pendidikan.
- Fungsi
Pemilihan (the selective function) : Kurikulum
berfungsi sebagai pemilihan adalah memberikan kesempatan bagi siswa untuk
menentukan pilihan program belajar yang sesuai dengan minat dan
bakatnya.
- Fungsi
Diagnostik (the diagnostic function) : Kurikulum
sebagai diagnostik mengandung makna bahwa kurikulum adalah alat
pendidikan yang mampu mengarahkan dan memahami potensi siswa serta
kelemahan dalam dirinya. Jika telah memahami potensi dan mengetahui
kelemahannya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan potensi dan
memperbaiki kelemahannya.
C.
Manfaat Kurikulum
Manfaat kurikulim
dibagi menjadi tiga, yaitu: 1. Manfaat Kurikulum Bagi Guru, 2. Manfaat
Kurikulum Bagi Sekolah, dan Manfaat Kurikulum Bagi Masyarakat.
A.
Manfaat
kurikulum bagi guru
a. Kurikulum sebagai pedoman bagi guru
dalam merancang, malaksanakan, dan menilai kegiatan
pembelajaran.
b. Membantu guru untuk memperbaiki situasi
belajar.
c. Membantu guru menunjang situasi belajar
ke arah yang lebih baik.
d. Membantu guru dalam mengadakan evaluasi
kemajuan kegiatan belajar mengajar.
e. Memberikan pengertian dan pemahaman yang
baik bagi guru untuk menjalankan tugas sebagai pengajar yang baik di kelas.
f.
Mendorong
guru untuk lebih kreatif dalam penyelenggaraan program pendidikan.
B. Manfaat kurikulum bagi sekolah
a. Kurikulum dijadikan sebagai alat untuk
mencapai suatu tujuanpendidikan, baik itu dalam tujuan nasional, institusional,
kurikuler, maupun dalam tujuan instruksional. Dengan adanya suatu kurikulum
maka tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah tertentu dapat
tercapai.
b. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah
dalam penyelenggaraan pendidikan (KTSP).
c. Memberi peluang yang lebih luas kepada
sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
(KTSP).
C. Manfaat kurikulum bagi masyarakat
a. Sebagai acuan untuk berpartisipasi dalam
membimbing putra/putrinya di sekolah (dalam hal ini orang tua sebagai bagian
dari masyarakat).
b.
Dengan
mengetahui suatu kurikulum sekolah, masyarakat dapat berpartisipasi dalam
rangka memperlancar program pendidikan, serta dapat memberikan kritik dan saran
yang membangun dalam penyempurnaan program pendidikan di sekolah.
D. Manfaat kurikulum bagi OrangTua
Bagi
orang tua,
kurikulum bermanfaat sebagai bentukadanya partisipasi orang
tua dalam membantu usaha sekolah dalam memajukanputra putrinya. Bantuan
yang dimaksud dapat berupa konsultasi langsungdengan sekolah/guru mengenai masalahmasalah menyangkut anak-anakmereka.Bantuan berupa materi dariorang
tua anak dapat melalui lembaga BP- Dengan membaca dan memahami kurikulum sekolah,
para orang tua dapatmengetahui pengalaman belajar yang
diperlukan anak-anak mereka, sehinggapartisipasi orang
tua ini pun tidak kalah pentingnya dalam menyukseskan
proses belajar mengajar disekolah.
E.
Manfaat
kurikulum bagi Siswa itu sendiri
Keberadaan kurikulum sebagai organisasi belajar tersusunmerupakan suatu persiapan bagi anak didik.
Anak didik diharapkanmendapatkan sejumlah pengalaman baru
yang dikemudian hari dapatdikembangkan seirama dengan perkembangan anak,
agar
dapat memenuhibekal hidupnya nanti. Kalau kita kaitkan dengan pendidikan Islam,
pendidikanmestinya diorientasikan kepada kepentingan peserta didik,
dan perlu diberibekal
pengetahuan untuk hidup pada zamannya kelak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Hakikat Kurikulum dan Pendapat Para Ahli
Istilah
“kurikulum”memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan oleh pakar-pakar dalam
bidang pengembangan kurikulum sejak dulu sampai dengan dewasa ini.
Tafsiran-tafsiran tersebut berdeda-beda satu dengan lainnya, sesuai dengan
titik berat inti dan pandangan dari pakar bersangkutan. Istilah kurikulum
berasal dari bahasa latin, yakni “Curriculae” artinya jarak yang harus ditempuh
seseorang pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu
pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk memperoleh
ijazah. Dalam hal ini, ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti, bahwa
siswa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana
halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antara satu tempat ke tempat
lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain, suatu kurikulum
dianggap sebagai jenbatan yang sangat penting untuk mencapai titik akhir dari
suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan suatu ijazah tertentu. Beberapa
tafsiran lainnya dikemukakan berikut ini (Hamalik, 2008:16-17).
Kurikulum
memuat isi dan materi pelajaran. Kurikulum ialah sejumlah mata ajaran yang
harus ditempuh dan dipelajari oleh siswa untuk memperoleh sejumlah pengetahuan.
Mata ajaran (subject matter) dipandang sebagai pengalaman orang tua atau
orang-orang pandai masa lampau, yang telah disusun secara sistematis dan logis.
Misalnya, bakat pengalaman dan penemuan-penemuan masa lampau, maka diadakan
pemilihan dan selanjutnya disusun secara sistematis, artinya menurut urutan
tertentu, dan logis, artinya dapat diterima oleh akal dan pikiran. Mata ajaran
tersebut mengisi materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa, sehingga
memperoleh sejumlah ilmu pengetahuan yang berguna baginya. Semakin banyak
pengalaman dan penemuan-penemuan maka semakin banyak pula mata ajaramn yang
harus disusun dalam kurikulum dan harus dipelajari oleh siswa disekolah
(Hamalik, 2008:16-17).
Ditinjau
dari asal katanya, kurikulum berasal dari bahasa yunani yang mula-mula
digunakan dalam bidang olah raga, yaitu kata currure yang berarti
jarak tempuh lari. Dalam kegiatan berlari tentu saja ada jarak yang harus
ditempuh mulai dari start sampai dengan finish. Jarak
dari start sampai
dengan finish disebut currure. Atas dasar tersebut
pengertian kurikulium diterapkan dalam bidang pendidikan.
Banyak
ahli pendidikan dan ahli kurikulum yang membatasi pengertian kurikulum beberapa
definisi tersebut dirumuskan dengan berbeda meskipun pada initinya terkandung
maksud yang sama. Sebagai gambaran ada beberapa pengertian kurukulum yang
dikembangkan oleh bebrapa orang ahli. Hilda, Taba dalam
bukunya, Curriculum Development, Theory and Practice (1962),
mendefinisikan kurikulum sebagai a plan for learning. J.F Kerr
(1966) mendefinisikan kurikulum sebagai :
“ All the learning which is
planned or guided by the school, whether it is carried on in groups or
individually, inside of or outside the school”.
Definisi
yang lebih kompleks tentang kurikulum dikemukakan oleh Rene Ochs (1964) yang
dikutipoleh Ariech Lewy (1970) sebagai berikut:
This term often to design aqually a
programme for a given subject matter for the entire cycle or even the whole
range of cycles. Further, the term curriculum is somestimes used in a wider
sense to cover the various educational activities through which the content is
conveyed as well as materials used and methods employed.
Dari
ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan aktivitas
dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik di
bawah bimbingan sekolah, baik di dalam maupun luar sekolah. Atas dasar tersebut
secara oprasional kurikulum dapat didefinisikan sebagai berikut.
1. Suatu
bahan tertulis yang berisi uraian tentang program pendidikan suatu sekolah yang
dilaksanakan dari tahun ke tahun;
2. Bahan
tertulis yang dimaksudkan untuk digunakan guru dalam melaksanakan pengajaran
untuk siswa-siswanya;
3. Suatu
usaha untuk menyampaikan asas dan ciri terpenting dari suatu rencana pendidikan
dalam bentuk sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru di sekolah;
4. Tujuan-tujuan
pengajaran, pengalaman belajar, alat-alat belajar dan cara-cara penilaian yang
direncanakan dan digunakan dalam pendidikan; dan
5. Suatu
program bpendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu.
Definisi
tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu kurikulum sebagai
program yang direncanakan dan dilaksanakan di sekolah serta kurikulum sebagai
program yang direncanakan dan dilaksanakan secara nyata di kelas.
Ada
pakar kurikulum yang mengutarakan bahwa “kurikulum mencakupi maksud, tujuan,
isi, proses, sumber daya, dan sarana-sarana evaluasi bagi semua pengalaman
belajar yang direncanakan bagi para pembelajar baik di dalam maupun di luar
sekolah dan masyarakat melaluipengajaran kelas dan program-program terkait”,
dan selanjutnya membatasi “silabus sebagai suatu pernyataan mengenai rencana
bagi setiap bagian kurikulum menesampingkan unsure evaluasi kurikulum itu
sendiri;… silabus hendaknya dipandang dalam konteks proses pengembangan
kurikulum yang sedang berlangsung” (Robertson 1971: 584; Shaw 1977 dalam
Tarigan, 1993:5).
Selain
itu, masih terdapat bermacam-macam pengertian diberikan kepada istilah
kurikulum. Ada pengertian yang sangat luas dan sebaliknya terdpat pengertian
yang sempit. Perkataan kurikulum bukan perkataan Indonesia asli, tetapi berasal
dari bahasa asing, yaitu bahasa Yunani. Di dalam kamus Webster dalam Team
Pembina Mata Kuliah Didaktik Metodik (1995:97) terdapat beberapa arti dari
kurikulum, di antaranya yaitu sebagai berikut.
1. Tempat
berlomba, jarak yang harus ditempuh pelari kereta lomba.
2. Pelajaram-pelajaran
tertentu yang diberikan di sekolah atau perguruan tinggi yang ditujukan untuk
mencapai suatu tingkat atau ijazah.
3. Keseluruhan
pelajaran yang diberikan dalam suatu lembaga pendidikan.
Lazimnya,
kurikulum dipandang sebagai suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses
belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab sekolah atau lembaga
pendidikan berserta staf pengajarnya (Nasution, 2006:5). Pengertian kurikulum
yang lebih luas kemudian diberikan oleh para pendidikan yaitu “segala usaha
sekolah untuk memengaruhi anak belajar, di dalam kelas, di halaman sekolah
maupun di luarnya” atau “segala kegiatan di bawah tanggung jawab sekolah yang
memengaruhi anak dalam pendidikannya” (Team Pembina Mata Kuliah Didaktik
Metodik, 1995:97).
Pendapat
ini timbul karena para pendidik kini beranggapan, dengan memperhatikan
pengaruh hidden curriculum sangat membutuhkan pemikiran-pemikiran dan
pertimbangan-pertimbangan yang lebih luas dan mungkin biaya yang lebih besar
daripada merencanakan kurikulum yang bersifat tertulis. Yang
termasuk hidden curriculum, misalnya dengan tersedianya ruang perpustakaan
yang nyaman dan buku-buku yang lengkap akan dengan sendirinya meningkatkan
gairah membaca murid-murid.
B. Analisis Hakikat Kurikulum
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan
perkembangan teori dan praktik pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran
atau teori pendidikan yang dianutnya. Menurut pandangan lama, kurikulum
merupakan kumpulan mata-mata pelajaran yang harus disampaikan guru atau dipelajari
oleh siswa. Anggapan ini telah ada sejak zaman Yunani Kuno, dalam lingkungan
atau hubungan tertentu pandangan ini masih dipakai sampai sekarang, yaitu
kurikulum sebagai “... a raccecourse of subject matter to be mastered” (Robert
S. Zais, 1976:7 dalam Sukmadinata, 1997:4). Banyak orang tua bahkan juga guru-guru, kalau
ditanya tentang kurikulum akan memberikan jawaban sekitar bidang studi atau
mata-mata pelajaran. Lebih khusus mungkin kurikulum diartikan hanya sebagai isi
pelajaran.
Pendapat-pendapat yang muncul selanjutnya telah
beralih dari menekankan pada isi menjadi lebih memberikan tekanan pada
pengalaman belajar. Menurut Caswel dan Campell dalam bukku mereka yang terkenal Curriculum
Development (1935), kurikulum ... to be composed of all the
experiences children have under the guidance of teachers. Perubahan
penekanan pada pengalaman ini lebih jelas ditegaskan oleh Roland C. Doll
(1974:22 dalam
Sukmadinata, 1997:4):
The commonly accepted definition
of curriculum has changed from content of courses of study and list of subjects
and courses to all the experiences which are offered to learners under the
auspices or direction of the school..
Definisi Doll tidak hanya menunjukan adanya perubahan
penekanan dari isi kepada proses, tetapi juga menunjukan adanya perubahan
lingkup, dari konsep yang sangat sempit kepada yang lebih luas. Apa yang
dimaksud dengan pengalaman siswa yang diarahkan atau menjadi tanggung jawab
sekolah mengandung makna yang cukup luas. Pengalaman tersebut dapat berlangsung
di sekolah, di rumah ataupun di masyarakat, bersama guru atau tanpa guru,
berkenaan langsung dengan pelajaran ataupun tidak. Definisi tersebut juga
mecakup berbagai upaya guru dalam mendorong terjadinya pengalaman tersebut
serta berbagai fasilitas yang mendukungnya.
Mauritz Johnson (1967:30 dalam Sukmadinata, 1997:5) mengajukan keberatan terhadap Doll. Menurut Johnson,
pengalaman hanya akan muncul apabila terjadi interaksi antara siswa dengan
lingkungannya. Interaksi seperti itu bukan kurikulum, tetapi pengajaran. Kurikulum
hanya menggambarkan atau mengantisipasi hasil dari pengajaran. Johnson
membedakan dengan tegas antara kurikulum dengan pangajaran. Semua yang
berkenaan dengan perencanaan dan pelasanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan
belajar mengajar, evaluasi, termasuk pengajaran, sedangkan kurikulum hanya
berkenaan dengan hasi-hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa.
Menurut Johnson kurikulum adalah ... a structured series of intended
learning outcomes (Johnson, 167:130dalam Sukmadinata, 1997:5).
Terlepas dari pro dan kontara terhadap pendapat
Mauritz Jonhson, beberapa ahli memandang kurikulum sebagai rencana pendidikan
atau pengajaran. Salah seorang diantara mereka adalah Mac Donald (1965:3 dalam
Sukmadinata, 1997:5) Menurut dia, sistem
persekolahan terbentuk atas empat sub sistem, yaitu mengajar, belajar,
pembelajaran, dan kurikulum. Mengajar (teaching)merupakan kegiatan
atau perlakuan profesional yang diberikan oleh guru . Belajar ((learning)merupakan
kegiatan atau upaya yang dilakun siswa sebagai respons terhadap kegiatan yang
diberikan oleh guru. Keseluruhan pertautan kegiatan yang
memungkinkan dan berkenaan dengan terjadinya interaksi belajar mengajar disebut
pembelajaran (intruction). Kurikulum (curriculum)merupakan
suatu rencana yang memberi pedoman atau pegangan dalam proses kegiatan belajar
mengajar.
Kurikulum juga sering dibedakan antara kurikulum
sebagai rencana (curriculum plan) dengan kurikulum yang fungsional (functioning
curriculum). Menurut Beauchamp (1968:6 dalam Sukmadinata,
1997:5) “ A
curriculum is written document which may contain many ingredients, but
basically it is a plan for the education of pupil during their enrollment in
given school”. Beauchamp lebih memberikan tekanan bahwa kurikulum
adalah suatu rencana pendidikan atau pengajaran. Pelaksanaan itu sudah masuk
pengajaran. Selanjutnya, dokumen tertulisnya saja, melainkan harus
dinilai dalam proses pelaksanaan fungsinya di dalam kelas. Kurikulum
bukan hanya merupakan rencana tertulis bagi pengajaran, melainkan suatu yang
fungsional yang beroperasi dalam kelas, yang memberi pedoman dan mengatur
linhkungan dan kegiatan yang berlangsung di dalam kelas. Rencana tertulis
merupakan dokumen kurikulum (curriculum document or inert curriculum), sedangkan
yang dioperasikan di kelas merupakan kurikulum fungsional (functioning, live
operative curriculum).
BAB III
KESIMPULAN
Kurikulum
adalah aktivitas dan kegiatan belajar yang direncanakan, diprogramkan bagi
peserta didik di bawah bimbingan sekolah, baik di dalam maupun luar sekolah.
Konsep kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktik
pendidikan, juga bervariasi sesuai dengan aliran atau teori pendidikan yang
dianutnya. Kurikulum juga sering dibedakan antara kurikulum sebagai rencana
(curriculum plan)dengan kurikulum yang fungsional (functioning
curriculum). Suatu kurikulum, apakah itu kurikulum pendidikan dasar, pendidikan
menengah atau perguruan tinggi, kurikulum sekolah umum, kejuruan, dan lain-lain
merupakan perwujudan atau penerapan teori-teori kurikulum. Bidang
cakupan teori atau bidang studi kurikulum meliputi (1) konsep kurikulum, (2)
penentuan kurikulum, (3) pengembangan kurikulum, (4) desain kurikulum,
(5) implementasi dan (6) evaluasi kurikulum.
Teori
kurikulum dalam pendidikan memuat pertimbangan-pertimbangan multi dimensional
yang merupakan sekelompok keputusan tentang tujuan, struktur, pelaksanaa, dan
evaluasi kurikulum maupun sistem persekolahan. Teori kurikulum membahas empat
bagian pokok yaitu (1) konsep, (2) fungsi, (3) klasifikasi, dan (4) kurikulum
inti (core curriculum).
DAFTAR
PUSTAKA
Hamalik, Oemar.
2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.
Nasution, S.
2006. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Bumi Aksara